Story From Us

22 Jan

Menelusuri Diri untuk Melompat Lebih Jauh

Aprileny

“Jalan? Menginap? Di hotel?”

Itu pertanyaan-pertanyaan yang sudah setahunan menganggu benak saya pada 2017-2018.

Bisa ulang-alik rumah kos, kantor dan kampus saja dalam setahun 2018 ini saja saya sudah sangat bersyukur. Itu kemajuan besar sejak saya kembali ke Jakarta pada tahun 2017 dan memulai hidup baru atas perkenan Yang Maha Kuasa dengan tantangan sebagai difabel.

@rumahsawomateng saya temui muncul di linimasa akun twitter saya dan kesan tematik sejarah tokoh-tokoh Indonesia muncul di setiap foto-foto kamar yang dihadirkan. Akan tetapi berlebihan sekali kalau saya katakan bahwa saya tertarik untuk menginap di Rumah SawoMateng karena tema historisnya.

Anggap saja saya sedang ingin meluahkan perasaan yang mendesak ingin bisa pergi, jalan, menginap, dan lain-lain seperti dulu ketika kaki saya masih normal dua kanan dan kiri.

Juga karena ada tenggat waktu untuk menyelesaikan esai Sejarah Filsafat Modern selambat-lambatnya pada hari Natal dan Filsafat Timur selambat-lambatnya 8 Januari 2019. Membayangkan dua aliran filsafat yang bertolak-belakang saja sudah cukup membuat pening, apalagi mengerjakannya. Jadi, saya pikir, “Tidak ada salahnya, toh, berakhir tahun di tempat baru sambil mencoba apakah diri ini cukup bersemangat untuk menerima tantangan baru”.

 

Rumah kayu khas Indonesia seperti yang dijanjikan di dalam tayangan di linimasa twitter @rumahsawomateng.

Jadi, inilah saya hari pertama di Rumah SawoMateng. Itu senyum karena akhirnya nekat keluar dari zona kecemasan.

Untuk mencapai kamar Sitor Situmorang saya harus sedikit mendaki tiga anak tangga. Baik, anak tangga tidak masalah asalkan ada susuran pegangannya. Kebetulan anak tangga di halaman depan Rumah SawoMateng bersifat sangat terbuka tanpa susuran pegangan. Tapi, hoopla … dengan menegakkan keberanian bisalah terlompati tiga anak tangga tersebut dan dilanjutkan dengan menyusuri koridor melewati dapur dan kamar-kamar lain.

 

Nah, lihat anak tangga di hadapan saya? Sebenarnya saya pertama kali ingin mendapatkan kamar yang berada di lantai dua. Akan tetapi, curamnya anak tangga menuju ke atas membuat Bang JJ Rizal menawarkan kamar Sitor Situmorang.

Tawaran yang memuaskan, kamar Sitor Situmorang berhadapan langsung dengan kolam dengan ikan yang ganteng-cantik dan taman yang segar.

Bermodal bir pletok, saya memulakan hari saya di kamar Sitor Situmorang. Menurut Bang JJ Rizal kamar ini kamar istimewa bagi beliau. Oh, baik. Saya selalu deg-degan dengan kamar yang istimewa. Semoga nilai Sejarah Filsafat Modern dan Filsafat Timur saya pun menjadi istimewa. Amin. Halah …

Tadinya ingin sekali menuliskan keistimewaan Rumah SawoMateng ini, tapi ternyata dengan rinci semua hal-hal pernak-pernik kelebihan sudah dipaparkan di https://www.rumahsawomateng.com/  jadi ya, saya ceritakan hal yang lain saja. Misalnya, dari tiga hari saya menginap di Rumah SawoMateng saya baru bisa sekali saja mandi.

“Eh, bagaimana?”

Oh, baik. Untuk berdiri saja saya perlu bantuan tongkat penyangga, apalagi untuk mandi. Fasilitas toilet duduk dan pancuran bersifat standar untuk orang normal. Saya sendiri perlu berpikir bagaimana caranya bisa duduk di kamar mandi dan menyelonjorkan kaki karena kaki kanan saya sudah tidak bisa ditekuk. Apa hal? Yah, bawa saja kursi kayu dari kamar ke dalam kamar mandi, dan mandilah saya dengan aman damai sentosa.

Selanjutnya, sejujurnya saya lebih banyak ketiduran daripada mengerjakan dua esai filsafat yang menjadi tujuan saya kabur ke Rumah SawoMateng. Ketiduran karena tempatnya sejuk dan adem.

Bangun tidur bukannya saya memikirkan tenggat waktu yang semakin mendekat, saya malah menonton ikan-ikan yang hilir-mudik mencari perhatian saya.

Tapi, jangan khawatir. Sejarah Filsafat Modern selesai dikerjakan di Rumah SawoMateng. Kalau Filsafat Timur setidaknya babonnya sudah dipikirkan sambil sibuk mencari-cari ikan mas berwarna putih yang menurut saya punggungnya terlukis kaligrafi (menurut saya, loh).

Sedianya saya akan berakhir tahun di Rumah SawoMateng sambil benar-benar menuntaskan esai Filsafat Timur. Tapi ya sudahlah, gagang kacamata tiba-tiba rontok dan bagaimana mungkin juga bekerja tak berkacamata. Berat juga meninggalkan Rumah SawoMateng karena suasananya yang menenangkan sedangkan utang esai masih mengganduli pikiran.

Saya meningalkan Rumah SawoMateng dengan satu perasaan khusus. Entah mengapa saya hanya tertarik untuk keluar dari zona kekhawatiran saya dengan bepergian sendiri ke Rumah SawoMateng. Saya bisa saja mulai dengan tempat-tempat yang lebih konvensional di pusat kota misalnya. Tetapi, saya memilih sesuatu yang lebih “sulit”: Depok, wilayah perkampungan, dan kesunyian. Saya kira sebenarnya saya memerlukan sedikit waktu untuk “menyejarah”; menelusuri diri dan memeriksa apakah saya benar-benar siap mengambil hikmah masa lalu untuk melompat lebih jauh ke masa depan.

  

**

Sekolah HighScope Indonesia Taman Alfa Indah, 21 Januari 2019

 



Aprileny
Curriculum Coordinator
Elementary Program
Sekolah HighScope Unit Alfa Indah

Leave a Reply

error: Content is protected !!